Table of contents: [Hide] [Show]

Analisis resiko penyaluran KUR Rp300 Triliun tahun 2025 bagi perbankan menjadi isu krusial mengingat dampaknya terhadap stabilitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dalam skala besar ini tentu membawa tantangan tersendiri bagi perbankan, mulai dari potensi risiko kredit macet hingga dampaknya terhadap portofolio dan profitabilitas. Perhitungan cermat dan strategi mitigasi yang tepat sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat dari program ini.

Kajian ini akan menguraikan latar belakang penyaluran KUR, mengidentifikasi profil risiko perbankan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya, merumuskan strategi mitigasi, serta membahas dampaknya terhadap perbankan dan ekonomi secara menyeluruh. Dari sini, diharapkan terungkap gambaran komprehensif mengenai potensi resiko dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjamin keberhasilan penyaluran KUR tahun 2025.

Latar Belakang Penyaluran KUR Rp300 Triliun Tahun 2025: Analisis Resiko Penyaluran KUR Rp300 Triliun Tahun 2025 Bagi Perbankan

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp300 triliun pada tahun 2025 menjadi fokus penting bagi pemerintah. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan, terutama bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, keberhasilan program ini bergantung pada berbagai faktor, baik ekonomi, sosial, maupun politik.

Tujuan dan Sasaran Penyaluran KUR

Penyaluran KUR Rp300 triliun tahun 2025 diproyeksikan menjangkau sektor UMKM yang lebih luas. Sasaran utama adalah membantu pertumbuhan usaha kecil, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Selain itu, program ini diharapkan dapat memperkuat perekonomian daerah dan mengurangi kesenjangan ekonomi.

Faktor Pendorong dan Penghambat Penyaluran KUR

Beberapa faktor pendorong penyaluran KUR yang perlu diperhatikan antara lain kebijakan pemerintah yang mendukung akses permodalan bagi UMKM, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KUR. Namun, tantangan seperti kualitas perencanaan usaha, keterbatasan akses informasi dan teknologi bagi pelaku usaha, serta risiko kredit yang tinggi, bisa menjadi penghambat keberhasilan program.

Kondisi Ekonomi Makro Relevan dengan Penyaluran KUR

Kondisi ekonomi makro, seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, akan berpengaruh signifikan terhadap daya serap KUR. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inflasi yang terkendali akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyaluran KUR. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang lesu atau tidak stabil dapat mengurangi minat pelaku usaha untuk mengajukan pinjaman.

Perbandingan Penyaluran KUR Tahun Sebelumnya dengan Tahun 2025

Tahun Total Penyaluran KUR (Triliun Rupiah) Jumlah Penerima KUR Catatan
2024 (estimasi) [Data Penyaluran KUR 2024] [Data Jumlah Penerima KUR 2024] Data tahun sebelumnya digunakan sebagai acuan perbandingan, tetapi angka pastinya perlu diverifikasi.
2025 (proyeksi) Rp300 Triliun [Proyeksi Jumlah Penerima KUR 2025] Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah.

Pengaruh Kondisi Sosial dan Politik terhadap Penyaluran KUR

Kondisi sosial dan politik juga turut memengaruhi penyaluran KUR. Stabilitas politik yang baik, kepercayaan publik terhadap pemerintah, dan tingkat pendidikan masyarakat yang memadai, dapat mendukung peningkatan kualitas perencanaan usaha dan kepatuhan dalam pengembalian pinjaman. Sebaliknya, konflik sosial atau ketidakpastian politik dapat menurunkan minat masyarakat dan pelaku usaha untuk memanfaatkan KUR.

Profil Risiko Perbankan dalam Penyaluran KUR

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp300 triliun pada tahun 2025 akan menghadapi beragam risiko. Pemahaman mendalam terhadap profil risiko perbankan sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif dan memastikan keberhasilan program ini. Perbankan perlu mengidentifikasi dan mengantisipasi potensi masalah sebelum penyaluran besar-besaran dimulai.

Jenis-Jenis Risiko dalam Penyaluran KUR

Penyaluran KUR melibatkan sejumlah risiko yang dapat berdampak signifikan pada perbankan. Jenis risiko ini mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko reputasi. Masing-masing risiko memiliki karakteristik dan potensi dampak yang berbeda-beda.

Dampak Risiko Terhadap Perbankan

Kegagalan mengantisipasi dan meminimalkan risiko dalam penyaluran KUR dapat berdampak buruk pada perbankan. Dampaknya dapat berupa kerugian finansial yang signifikan, penurunan kepercayaan publik, dan reputasi yang tercoreng. Ketidakmampuan untuk mengelola risiko ini juga dapat berdampak pada stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

Matriks Risiko Penyaluran KUR

Jenis Risiko Deskripsi Risiko Dampak Potensial Strategi Mitigasi
Risiko Kredit Ketidakmampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman. Kerugian finansial, penurunan profitabilitas, dan peningkatan rasio kredit bermasalah. Penelitian kredit yang ketat, diversifikasi portofolio, dan penguatan sistem manajemen risiko kredit.
Risiko Pasar Perubahan kondisi ekonomi makro yang berdampak pada kemampuan debitur untuk membayar. Fluktuasi nilai aset, penurunan profitabilitas, dan ketidakpastian pasar. Diversifikasi portofolio usaha, pemantauan pasar yang ketat, dan hedging jika diperlukan.
Risiko Operasional Kegagalan internal dalam proses penyaluran KUR. Penundaan penyaluran, kerugian administratif, dan reputasi buruk. Peningkatan proses operasional, pelatihan staf, dan pemantauan sistem secara ketat.
Risiko Hukum Perubahan regulasi atau permasalahan hukum yang terkait dengan KUR. Penundaan proses, kerugian finansial, dan tuntutan hukum. Pemantauan regulasi, konsultasi hukum, dan adaptasi terhadap perubahan regulasi.
Risiko Reputasi Kerugian kepercayaan publik akibat kinerja KUR yang buruk. Penurunan kepercayaan nasabah, kesulitan dalam mendapatkan pendanaan, dan citra negatif. Transparansi, komunikasi yang baik, dan pengelolaan reputasi secara proaktif.

Potensi Risiko Kredit Macet dan Minimisasinya

Risiko kredit macet merupakan tantangan utama dalam penyaluran KUR. Untuk meminimalkannya, perbankan perlu melakukan penilaian kredit yang lebih ketat, memonitor kinerja debitur secara berkala, dan membangun hubungan yang baik dengan debitur. Diversifikasi portofolio KUR juga penting untuk mengurangi dampak kerugian dari satu sektor usaha tertentu. Penggunaan teknologi informasi dan analitik dapat membantu dalam mengidentifikasi potensi kredit macet lebih dini.

Contoh Kasus Default Kredit KUR

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kasus default kredit KUR terjadi. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap default tersebut antara lain ketidakmampuan debitur untuk memenuhi kewajiban pembayaran, kondisi ekonomi yang sulit, dan kurangnya pengawasan yang efektif. Penting untuk mempelajari kasus-kasus ini dan mengidentifikasi pola-pola yang dapat dihindari di masa mendatang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp300 triliun pada tahun 2025 menghadapi berbagai faktor risiko yang perlu diantisipasi. Pemahaman mendalam tentang pengaruh faktor-faktor ekonomi seperti suku bunga, kualitas portofolio kredit, inflasi, dan pengangguran sangat krusial untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap perbankan.

Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Risiko Penyaluran KUR, Analisis resiko penyaluran KUR Rp300 Triliun tahun 2025 bagi perbankan

Tingkat suku bunga memengaruhi daya beli masyarakat dan keputusan pengusaha untuk meminjam. Suku bunga yang tinggi dapat menurunkan permintaan KUR, sehingga berdampak pada jumlah pinjaman yang tersalurkan dan berpotensi meningkatkan risiko kredit macet. Sebaliknya, suku bunga yang rendah dapat mendorong permintaan KUR, tetapi juga dapat menekan margin keuntungan perbankan. Perbankan perlu melakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan suku bunga untuk mengantisipasi potensi kerugian.

Peran Kualitas Portofolio Kredit dalam Penyaluran KUR

Kualitas portofolio kredit merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat risiko penyaluran KUR. Portofolio kredit yang terdiri dari debitur dengan kemampuan membayar yang baik akan meminimalkan risiko kredit macet. Sebaliknya, portofolio kredit yang buruk dengan tingkat debitur bermasalah yang tinggi akan meningkatkan risiko kerugian. Perbankan perlu melakukan evaluasi kredit yang ketat dan memonitor secara berkala kinerja debitur untuk menjaga kualitas portofolio kredit tetap baik.

Dampak Inflasi dan Pengangguran terhadap Risiko Penyaluran KUR

Inflasi dan pengangguran merupakan indikator ekonomi makro yang dapat berdampak signifikan pada risiko penyaluran KUR. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan kemampuan debitur untuk membayar pinjaman. Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk memperoleh pendapatan, sehingga meningkatkan risiko kredit macet. Perbankan perlu memonitor tren inflasi dan pengangguran secara berkala untuk mengantisipasi potensi dampak negatifnya.

Keterkaitan Faktor-Faktor dengan Risiko

Faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kualitas portofolio kredit, inflasi, dan pengangguran saling terkait dalam menentukan risiko penyaluran KUR. Suku bunga tinggi dapat menurunkan kualitas portofolio kredit, sementara inflasi dan pengangguran juga dapat menurunkan kemampuan debitur untuk membayar. Berikut bagan yang menggambarkan keterkaitan tersebut:

(Di sini seharusnya terdapat bagan yang menggambarkan keterkaitan faktor-faktor tersebut dengan risiko. Bagan ini tidak dapat diimplementasikan dalam format teks saja.)

Korelasi Variabel Ekonomi dengan Risiko Kredit

Variabel Ekonomi Korelasi dengan Risiko Kredit (estimasi) Penjelasan
Tingkat Suku Bunga Positif Suku bunga tinggi dapat meningkatkan risiko kredit macet karena daya beli masyarakat menurun.
Kualitas Portofolio Kredit Negatif Portofolio kredit yang baik akan menurunkan risiko kredit macet.
Tingkat Inflasi Positif Inflasi tinggi dapat menurunkan daya beli dan kemampuan membayar debitur.
Tingkat Pengangguran Positif Tingkat pengangguran tinggi akan menurunkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pendapatan dan meningkatkan risiko kredit macet.

(Catatan: Korelasi dalam tabel merupakan estimasi dan dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasar dan faktor lainnya.)

Strategi Mitigasi Risiko Penyaluran KUR

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp300 triliun pada tahun 2025 memerlukan strategi mitigasi risiko yang komprehensif. Perbankan perlu mempersiapkan langkah-langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi kerugian dan memastikan keberlanjutan program ini.

Strategi Mitigasi Risiko oleh Perbankan

Untuk meminimalkan risiko penyaluran KUR, perbankan perlu menerapkan strategi mitigasi yang terintegrasi. Hal ini meliputi penyesuaian kebijakan kredit, peningkatan pengawasan, dan pemanfaatan teknologi.

  • Peningkatan Standar Penilaian Kredit: Perbankan perlu meningkatkan kualitas penilaian kredit, termasuk mempertimbangkan faktor-faktor non-finansial seperti reputasi debitur, potensi bisnis, dan kondisi pasar. Penilaian yang cermat dan teliti dapat meminimalkan risiko kredit macet.
  • Diversifikasi Portofolio: Memvariasikan jenis usaha yang didanai dapat mengurangi risiko konsentrasi pada sektor-sektor tertentu yang rentan terhadap krisis ekonomi. Perbankan perlu mengidentifikasi dan mendukung sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan dan daya tahan.
  • Penguatan Sistem Monitoring dan Evaluasi: Sistem monitoring yang efektif akan membantu perbankan mendeteksi dini potensi masalah dan mengambil tindakan korektif. Data dan informasi harus dianalisa secara berkala untuk memastikan kinerja debitur dan mengidentifikasi potensi masalah.
  • Peningkatan Peran dan Kapasitas Petugas Kredit: Memberikan pelatihan dan pengembangan kompetensi kepada petugas kredit merupakan hal krusial. Petugas yang terlatih dapat melakukan penilaian kredit dengan lebih akurat dan memahami risiko yang mungkin muncul.
  • Kerja Sama dengan Pemerintah dan Lembaga Lain: Kerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait dapat memberikan informasi dan dukungan yang berharga dalam mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah. Hal ini bisa meliputi akses data dan informasi yang lebih luas.

Peran Regulasi Pemerintah

Regulasi pemerintah memiliki peran penting dalam mengurangi risiko penyaluran KUR. Kebijakan yang tepat dapat mendorong perbankan untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit dan memberikan perlindungan kepada debitur.

  • Kebijakan yang Transparan dan Konsisten: Kebijakan yang jelas dan konsisten dapat membantu perbankan dalam memahami ekspektasi pemerintah dan mengambil langkah-langkah yang tepat.
  • Dukungan Regulasi untuk UMKM: Pemerintah perlu terus mendorong regulasi yang mendukung UMKM, seperti penyederhanaan birokrasi dan akses terhadap pembiayaan alternatif.
  • Peningkatan Akses Informasi dan Data: Pemerintah dapat menyediakan data dan informasi yang lebih akurat dan komprehensif kepada perbankan untuk membantu penilaian kredit.
  • Pemantauan dan Pengawasan yang Efektif: Pemantauan dan pengawasan yang intensif dari pemerintah akan membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah penyaluran KUR.

Peran Teknologi dalam Penyaluran KUR

Teknologi dapat meningkatkan efektivitas penyaluran KUR dan mitigasi risiko. Penggunaan teknologi yang tepat dapat mempercepat proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan akurasi penilaian kredit.

  • Penerapan Sistem Online: Sistem online dapat mempercepat proses pengajuan kredit, penilaian, dan pencairan dana. Hal ini akan mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk setiap proses.
  • Data Analytics untuk Penilaian Kredit: Teknologi data analytics dapat menganalisis data debitur secara lebih komprehensif dan akurat. Algoritma dapat mengidentifikasi pola dan faktor risiko yang mungkin terlewatkan oleh penilaian manual.
  • Contoh Penerapan Teknologi: Perbankan dapat menggunakan platform digital untuk melakukan verifikasi identitas debitur, validasi dokumen, dan penilaian kredit secara otomatis. Hal ini akan mempercepat proses dan mengurangi biaya operasional.

Sistem Monitoring dan Evaluasi

Sistem monitoring dan evaluasi yang efektif akan membantu perbankan mengidentifikasi dan mengatasi masalah penyaluran KUR secara dini. Hal ini memerlukan data yang terintegrasi dan analisis yang berkala.

  • Data yang Terintegrasi: Data dari berbagai sumber perlu diintegrasikan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kinerja debitur dan risiko yang mungkin muncul.
  • Analisis Risiko Berkala: Analisis risiko secara berkala akan membantu perbankan mengidentifikasi tren dan potensi masalah yang berkembang.
  • Laporan dan Pelaporan Berkala: Laporan dan pelaporan berkala yang transparan akan membantu perbankan dan pemerintah dalam memantau kinerja program KUR.

Dampak Penyaluran KUR terhadap Perbankan

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp300 triliun pada tahun 2025 berpotensi memberikan dampak signifikan bagi perbankan. Baik positif maupun negatif, perbankan perlu mempertimbangkan dampak tersebut dalam strategi operasional mereka.

Dampak Positif terhadap Perbankan

Penyaluran KUR yang besar dapat meningkatkan portofolio kredit perbankan, mendorong pertumbuhan pendapatan bunga, dan memperluas pangsa pasar. Hal ini dapat menguntungkan perbankan dengan meningkatkan profitabilitas dan stabilitas keuangan. Selain itu, penyaluran KUR juga dapat memperkuat reputasi perbankan sebagai lembaga yang mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Lebih lanjut, peningkatan aktivitas kredit dapat menarik minat nasabah baru dan meningkatkan volume transaksi.

Dampak Negatif terhadap Perbankan

Meskipun berpotensi menguntungkan, penyaluran KUR besar juga berisiko meningkatkan tingkat kredit macet (NPL) jika kualitas pengawasan dan penagihan kurang optimal. Hal ini bisa berdampak negatif pada laba perbankan dan kesehatan finansial jangka panjang. Peningkatan risiko kredit dapat menyebabkan penurunan nilai aset dan peningkatan biaya operasional terkait penagihan dan manajemen risiko.

Potensi Keuntungan dan Kerugian Perbankan

Potensi keuntungan perbankan dari penyaluran KUR meliputi peningkatan pendapatan bunga, pertumbuhan portofolio kredit, dan perluasan pangsa pasar. Namun, potensi kerugian mencakup peningkatan NPL, biaya operasional yang lebih tinggi, dan dampak negatif terhadap kesehatan finansial perbankan jika tidak dikelola dengan baik. Perbankan perlu mempertimbangkan potensi kerugian ini dan mengambil langkah-langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Penyaluran KUR yang besar diharapkan mampu meningkatkan akses modal bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan produktivitas dan kesempatan kerja. Peningkatan aktivitas ekonomi dari UMKM juga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Alur Penyaluran KUR dan Dampaknya terhadap Perbankan

Tahap Penyaluran Dampak terhadap Perbankan
Permohonan Kredit Peningkatan volume aplikasi kredit dan kebutuhan analisis kredit yang lebih mendalam.
Penilaian Kredit Peningkatan beban kerja dalam evaluasi dan manajemen risiko kredit.
Pencairan Kredit Peningkatan aktivitas transaksi dan kebutuhan sistem penyaluran yang efisien.
Pelunasan Kredit Pentingnya pemantauan dan penagihan yang efektif untuk mencegah kredit macet.

Peningkatan Kualitas Pelayanan untuk Mengurangi Risiko

Perbankan perlu meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal proses pengajuan, penyaluran, dan monitoring kredit. Peningkatan layanan dapat dilakukan melalui peningkatan sistem informasi, pelatihan karyawan, dan penguatan komunikasi dengan debitur. Hal ini akan membantu mengurangi risiko kredit macet dan meningkatkan kepuasan nasabah.

Kesimpulan dan Saran

Analisis risiko penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp300 triliun pada tahun 2025 menunjukkan sejumlah potensi tantangan dan peluang. Kesimpulannya, perbankan perlu mempersiapkan strategi mitigasi yang komprehensif untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan efektivitas penyaluran KUR.

Ringkasan Hasil Analisis Risiko

Analisis risiko penyaluran KUR mengidentifikasi beberapa faktor krusial yang berpotensi memengaruhi keberhasilan program. Faktor-faktor tersebut meliputi kualitas permohonan pinjaman, kemampuan debitur dalam membayar, dan kondisi ekonomi makro. Evaluasi mendalam terhadap profil risiko debitur dan pengelolaan portofolio kredit menjadi sangat penting.

Rekomendasi Kebijakan untuk Meningkatkan Efektivitas Penyaluran KUR

  • Penguatan regulasi terkait penjaminan KUR untuk mengurangi risiko kredit macet. Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam proses penjaminan.
  • Peningkatan kapasitas dan pengetahuan petugas perbankan dalam menilai kelayakan debitur. Pelatihan dan bimbingan berkala perlu dilakukan untuk memastikan petugas memiliki pemahaman yang komprehensif tentang analisis kredit.
  • Pemanfaatan teknologi informasi untuk optimalisasi proses penyaluran KUR. Sistem digital dapat mempercepat proses, meningkatkan akurasi data, dan meminimalisir potensi kecurangan.

Saran untuk Meningkatkan Sistem Monitoring dan Evaluasi

Penting untuk membangun sistem monitoring dan evaluasi yang terintegrasi dan real-time. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan secara dini dan mengambil langkah korektif yang tepat.

  • Implementasi sistem informasi yang terpadu untuk mencatat dan melacak seluruh proses penyaluran KUR. Sistem ini harus mampu memberikan data yang akurat dan terperinci untuk analisis risiko.
  • Pemantauan berkala terhadap kinerja penyaluran KUR di setiap wilayah. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi permasalahan di daerah-daerah tertentu dan melakukan intervensi yang tepat waktu.
  • Evaluasi berkala terhadap strategi mitigasi risiko yang telah diterapkan. Evaluasi ini penting untuk memastikan bahwa strategi tersebut efektif dan dapat diadaptasi sesuai dengan perkembangan situasi.

Kesimpulan dari Analisis Risiko

Analisis risiko menunjukkan bahwa penyaluran KUR Rp300 triliun pada tahun 2025 menghadapi potensi risiko yang signifikan. Oleh karena itu, langkah-langkah mitigasi yang efektif dan terencana sangat dibutuhkan untuk meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan keberhasilan program. Penguatan regulasi, peningkatan kapasitas petugas, dan pemanfaatan teknologi informasi menjadi kunci penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Kesimpulan tentang Langkah-langkah Mitigasi Risiko yang Direkomendasikan

Langkah-langkah mitigasi yang direkomendasikan meliputi:

  • Peningkatan kualitas penjaminan dan penilaian risiko debitur.
  • Penguatan sistem monitoring dan evaluasi yang terintegrasi.
  • Pemanfaatan teknologi informasi untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi proses penyaluran.
  • Pelatihan dan pengembangan kapasitas petugas perbankan.

Penutupan

Kesimpulannya, penyaluran KUR Rp300 triliun tahun 2025 menjanjikan potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, perbankan harus mempersiapkan diri menghadapi berbagai risiko, mulai dari kualitas portofolio kredit hingga kondisi ekonomi makro. Dengan mengadopsi strategi mitigasi yang komprehensif, perbankan dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan keuntungan dari program ini. Penting juga untuk terus memantau dan mengevaluasi kinerja program ini agar penyaluran KUR dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *