Cara bu risma menangulangi banjir di surabaya – Cara Bu Risma Tanggulangi Banjir Surabaya menjadi contoh nyata bagaimana manajemen kota yang efektif dapat mengatasi permasalahan klasik perkotaan. Suksesnya program ini tak lepas dari kombinasi strategi komprehensif, mulai dari normalisasi sungai hingga edukasi masyarakat. Mari kita telusuri bagaimana inovasi dan kerja keras mampu mengubah wajah Surabaya dalam menghadapi ancaman banjir.

Artikel ini akan mengulas secara detail berbagai program dan pendekatan yang diterapkan oleh Ibu Risma selama kepemimpinannya di Surabaya untuk mengatasi permasalahan banjir. Pembahasan meliputi normalisasi sungai dan drainase, pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir, sosialisasi dan edukasi, kerjasama antar lembaga, serta pengelolaan sampah dan lingkungan. Dengan memahami strategi yang diterapkan, kita dapat belajar banyak tentang penanggulangan banjir di perkotaan.

Program Normalisasi Sungai dan Drainase di Surabaya

Salah satu program andalan Tri Rismaharini dalam mengatasi permasalahan banjir di Surabaya adalah program normalisasi sungai dan drainase. Program ini melibatkan berbagai upaya teknis untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi sistem drainase kota, sehingga mampu menampung debit air hujan yang tinggi dan mencegah terjadinya genangan atau banjir.

Langkah-Langkah Teknis Normalisasi Sungai dan Drainase

Program normalisasi yang dijalankan Bu Risma mencakup beberapa langkah teknis penting. Pengerukan sungai menjadi fokus utama, bertujuan untuk memperlebar dan memperdalam aliran sungai sehingga mampu menampung volume air yang lebih besar. Selain pengerukan, pembangunan tanggul di sepanjang sungai juga dilakukan untuk mencegah luapan air ke permukiman. Perbaikan drainase meliputi pembersihan saluran, perbaikan saluran yang rusak, dan pembangunan saluran baru di area yang membutuhkan.

Semua langkah ini dijalankan secara terintegrasi untuk mencapai hasil yang optimal.

Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Normalisasi

Tabel berikut ini membandingkan kondisi sungai dan drainase di beberapa lokasi di Surabaya sebelum dan sesudah program normalisasi dilaksanakan. Data ini merupakan gambaran umum dan mungkin bervariasi tergantung lokasi dan cakupan pekerjaan.

Lokasi Kondisi Sebelum Normalisasi Kondisi Sesudah Normalisasi Perubahan yang Terjadi
Kali Surabaya (segmen tertentu) Sungai dangkal, banyak sampah, aliran air lambat, rawan meluap. Drainase buruk, sering terjadi genangan. Sungai lebih dalam dan lebar, aliran air lancar, tanggul kokoh, risiko meluap berkurang. Drainase terintegrasi dengan baik, genangan berkurang signifikan. Peningkatan kapasitas aliran sungai, penurunan risiko banjir, perbaikan sistem drainase.
Drainase di daerah Ketintang Saluran sempit, tersumbat sampah, kapasitas tampung rendah, sering terjadi genangan. Saluran diperlebar dan dibersihkan, kapasitas tampung meningkat, genangan berkurang drastis. Peningkatan kapasitas drainase, pengurangan genangan.
Sungai Kalimas (segmen tertentu) Sungai tercemar, pendangkalan parah, aliran air terhambat, rawan banjir. Sungai dibersihkan, pendangkalan diatasi, aliran air membaik, risiko banjir berkurang. Peningkatan kualitas air sungai, peningkatan kapasitas aliran, penurunan risiko banjir.

Kendala dan Tantangan dalam Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program normalisasi tidak lepas dari kendala dan tantangan. Salah satu kendala utama adalah pembebasan lahan, terutama di area yang padat penduduk. Proses negosiasi dengan pemilik lahan seringkali memakan waktu dan membutuhkan pendekatan yang cermat. Selain itu, keterbatasan anggaran dan koordinasi antar instansi juga menjadi tantangan tersendiri. Terakhir, perawatan dan pemeliharaan infrastruktur yang telah dibangun juga memerlukan perhatian serius agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.

Contoh Kasus Keberhasilan Program Normalisasi

Program normalisasi sungai dan drainase di daerah [Nama daerah spesifik di Surabaya, misalnya: Wilayah sekitar Jalan Ahmad Yani] menunjukkan hasil yang signifikan. Sebelum normalisasi, daerah ini kerap dilanda banjir saat hujan deras. Setelah dilakukan pengerukan sungai [Nama sungai] dan perbaikan drainase, frekuensi dan dampak banjir berkurang secara drastis. Genangan yang sebelumnya sering terjadi kini dapat teratasi dengan lebih cepat dan efektif.

Hal ini menunjukkan efektivitas program normalisasi dalam mengurangi risiko banjir di area tersebut.

Pembangunan Infrastruktur Penanganan Banjir

Salah satu strategi utama Tri Rismaharini dalam mengatasi permasalahan banjir di Surabaya adalah melalui pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dan berteknologi tinggi. Program ini tidak hanya fokus pada penanggulangan banjir secara reaktif, tetapi juga pada pencegahan dan pengelolaan air secara berkelanjutan. Investasi besar-besaran dilakukan untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur drainase dan penyimpanan air, sehingga mampu menghadapi curah hujan ekstrem.

Infrastruktur Penanganan Banjir di Surabaya

Berbagai infrastruktur dibangun untuk meningkatkan kapasitas penanganan banjir di Surabaya. Pembangunan ini meliputi berbagai skala, mulai dari proyek besar hingga perbaikan infrastruktur yang sudah ada. Perencanaan yang matang dan teknologi yang tepat guna menjadi kunci keberhasilan program ini.

  • Embung: Embung berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan sementara. Saat hujan deras, air akan ditampung di embung, mengurangi beban pada sistem drainase kota. Contohnya, Embung Wonorejo yang memiliki kapasitas tampung yang signifikan.
  • Pompa Air: Pompa air berperan vital dalam mengalirkan air dari titik-titik rawan banjir ke saluran pembuangan yang lebih besar. Pompa-pompa ini, terutama yang berkapasitas besar dan berteknologi modern, mampu mengatasi genangan air dengan cepat dan efisien. Pemasangannya seringkali di lokasi-lokasi strategis yang menjadi titik kritis saat terjadi banjir.
  • Saluran Air (Drainase): Perbaikan dan perluasan jaringan drainase merupakan bagian penting dari strategi ini. Pembangunan saluran air baru, normalisasi saluran yang ada, dan peningkatan kapasitas saluran existing dilakukan untuk memperlancar aliran air. Contohnya, normalisasi Kali Surabaya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aliran air dan mencegah luapan.
  • Sistem Pengendalian Banjir Terintegrasi: Selain infrastruktur fisik, sistem pengendalian banjir terintegrasi juga dikembangkan. Sistem ini melibatkan pemantauan curah hujan secara real-time, prediksi banjir, dan koordinasi antar instansi terkait untuk merespon kejadian banjir secara cepat dan efektif.

Teknologi dalam Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya mengandalkan metode konvensional, tetapi juga memanfaatkan teknologi modern untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Teknologi ini diterapkan untuk memastikan kualitas dan daya tahan infrastruktur.

  • Material Konstruksi Berkualitas Tinggi: Penggunaan material yang tahan lama dan anti-korosi menjadi prioritas untuk memastikan infrastruktur tahan terhadap korosi dan kerusakan akibat cuaca.
  • Sistem Monitoring Real-time: Sensor dan sistem monitoring digunakan untuk memantau kondisi air, debit aliran, dan potensi banjir. Data ini digunakan untuk pengambilan keputusan yang tepat dan cepat.
  • Teknologi Pompa Air Canggih: Pompa air berkapasitas besar dan efisien energi digunakan untuk memastikan air terpompa dengan cepat dan efektif. Beberapa pompa bahkan dilengkapi dengan sistem otomatis yang mampu beradaptasi dengan kondisi banjir.
  • Perencanaan Berbasis Data dan Simulasi: Model simulasi hidrologi dan sistem informasi geografis (SIG) digunakan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur yang optimal dan efektif.

Peningkatan Kapasitas Tampung Air dan Drainase

Dengan pembangunan infrastruktur tersebut, kapasitas tampung air dan kecepatan drainase di Surabaya meningkat secara signifikan. Hal ini mengurangi risiko banjir dan mempercepat proses surutnya genangan air.

  • Embung: Menampung air hujan sehingga mengurangi beban sistem drainase.
  • Pompa Air: Memompa air dengan cepat ke saluran pembuangan.
  • Saluran Air: Memperlancar aliran air dan meningkatkan kapasitas drainase.

Peningkatan kapasitas tampung air dan kecepatan drainase ini berdampak positif terhadap penurunan resiko banjir di berbagai titik rawan di Surabaya.

Pembangunan infrastruktur penanganan banjir di Surabaya telah memberikan manfaat yang signifikan bagi warga, berupa penurunan risiko banjir, peningkatan kualitas lingkungan, dan peningkatan kenyamanan hidup. Investasi ini mencerminkan komitmen untuk menciptakan kota yang lebih aman dan berkelanjutan.

Program penanggulangan banjir Bu Risma di Surabaya memang patut diacungi jempol, terbukti dengan banyaknya saluran air yang direvitalisasi. Namun, perayaan-perayaan di kota juga perlu diatur, misalnya pemasangan umbul-umbul yang membutuhkan izin resmi. Untuk informasi lengkapnya, silakan cek panduan di situs ini: bagaimana cara meminta perizinan pemasangan umbul umbul di Surabaya. Dengan begitu, perayaan tetap meriah tanpa mengganggu sistem drainase yang sudah diperbaiki Bu Risma untuk mencegah banjir.

Semoga Surabaya tetap terjaga keindahan dan kebersihannya.

Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Banjir

Salah satu kunci keberhasilan penanggulangan banjir di Surabaya di masa kepemimpinan Bu Risma terletak pada strategi sosialisasi dan edukasi yang masif dan terintegrasi. Bukan hanya mengandalkan infrastruktur, Bu Risma menyadari pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan saluran air untuk mencegah banjir. Program-program edukasi yang inovatif dan berkelanjutan menjadi bagian integral dari strategi ini.

Melalui berbagai pendekatan, Bu Risma berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan saluran air sebagai upaya pencegahan banjir. Hal ini dilakukan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan memanfaatkan berbagai media komunikasi.

Program Edukasi Pencegahan Banjir

Berbagai program edukasi telah dijalankan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Program-program ini dirancang untuk menjangkau berbagai kalangan usia dan latar belakang, menggunakan metode yang beragam dan menarik.

  • Pelatihan pengelolaan sampah dan drainase: Pelatihan ini memberikan pengetahuan praktis kepada warga tentang cara mengelola sampah dengan benar dan membersihkan saluran air di lingkungan sekitar.
  • Penyuluhan di sekolah dan komunitas: Penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah dan komunitas warga untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya pencegahan banjir sejak dini. Materi disampaikan secara interaktif dan disesuaikan dengan usia dan pemahaman peserta.
  • Kampanye media sosial dan publikasi: Kampanye yang memanfaatkan media sosial dan publikasi di media massa digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang pencegahan banjir dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif.

Program Edukasi Efektif untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Sebuah program edukasi yang efektif perlu dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik masyarakat Surabaya. Program ini haruslah praktis, mudah dipahami, dan memberikan dampak nyata bagi lingkungan.

Contoh program yang bisa dijalankan adalah program “Surabaya Bersih, Surabaya Bebas Banjir”. Program ini dapat mencakup beberapa kegiatan seperti lomba kebersihan lingkungan, pemberian penghargaan bagi RT/RW yang berhasil menjaga kebersihan lingkungannya, dan pelatihan rutin pengelolaan sampah dan drainase yang melibatkan seluruh warga. Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti aplikasi pelaporan genangan air dapat mempermudah partisipasi warga dalam melaporkan masalah dan mempercepat respon pemerintah.

Kelompok Masyarakat yang Membutuhkan Edukasi Pencegahan Banjir

Beberapa kelompok masyarakat membutuhkan edukasi pencegahan banjir secara intensif. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pemahaman dan partisipasi mereka.

  • Warga di daerah rawan banjir: Kelompok ini membutuhkan edukasi yang lebih intensif karena mereka paling berisiko terkena dampak banjir. Edukasi yang diberikan harus praktis dan langsung berkaitan dengan upaya mitigasi banjir di lingkungan mereka.
  • Anak-anak dan remaja: Mengajarkan pentingnya pencegahan banjir sejak dini sangat penting. Metode edukasi yang menarik dan interaktif, seperti permainan edukatif atau kegiatan ekstrakurikuler, dapat digunakan untuk menjangkau kelompok usia ini.
  • Pedagang kaki lima: Kelompok ini seringkali berkontribusi pada penyumbatan saluran air karena aktivitas jual beli mereka. Edukasi yang diberikan harus fokus pada cara berjualan yang ramah lingkungan dan tidak mengganggu aliran air.

Tips Praktis Mencegah Banjir di Lingkungan Rumah, Cara bu risma menangulangi banjir di surabaya

Berikut beberapa tips praktis yang dapat dilakukan warga Surabaya untuk mencegah banjir di lingkungan sekitar rumah mereka:

  • Selalu buang sampah pada tempatnya.
  • Bersihkan saluran air di sekitar rumah secara rutin.
  • Hindari membuang sampah ke saluran air.
  • Pastikan tidak ada penyumbatan di saluran air.
  • Laporkan genangan air atau kerusakan saluran air kepada pihak berwenang.
  • Tanam pohon untuk menyerap air hujan.

Kerjasama Antar Lembaga dan Stakeholder

Penanggulangan banjir di Surabaya merupakan upaya kompleks yang membutuhkan kolaborasi multisektoral. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi yang kuat antara berbagai lembaga pemerintah dan stakeholder terkait. Kerjasama yang efektif memastikan efisiensi sumber daya, koordinasi yang terintegrasi, dan dampak yang lebih luas dalam mengurangi risiko banjir di kota tersebut.

Berbagai pihak berperan aktif dalam program penanggulangan banjir di Surabaya, melibatkan koordinasi dan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan bersama. Mekanisme kerja sama yang terstruktur menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan banjir yang kompleks.

Peran Lembaga Pemerintah dan Stakeholder

Pemerintah Kota Surabaya memegang peran sentral dalam memimpin dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan banjir. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif dari berbagai lembaga dan stakeholder. Berikut beberapa contohnya:

  • Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya): Bertanggung jawab atas perencanaan, penganggaran, pelaksanaan proyek infrastruktur, dan pengawasan program penanggulangan banjir. Pemkot Surabaya juga bertugas dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
  • Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS): Memiliki peran penting dalam pengelolaan sungai dan infrastruktur pengendalian banjir di skala yang lebih besar, meliputi wilayah di luar Surabaya. Mereka berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya dalam proyek-proyek yang melibatkan sungai-sungai utama.
  • Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD): Bertanggung jawab dalam mitigasi, kesiapsiagaan, dan tanggap darurat bencana banjir. BPBD berperan penting dalam memberikan peringatan dini, evakuasi warga, dan pendistribusian bantuan.
  • Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM): Berperan dalam pengelolaan sistem drainase dan memastikan kelancaran aliran air, sehingga mengurangi risiko genangan air.
  • Masyarakat: Partisipasi masyarakat sangat krusial. Masyarakat berperan dalam menjaga kebersihan saluran air, melaporkan kerusakan infrastruktur, dan mengikuti arahan dari pemerintah dalam upaya mitigasi banjir.
  • Universitas dan Lembaga Penelitian: Memberikan dukungan berupa riset, kajian, dan inovasi teknologi untuk meningkatkan efektivitas program penanggulangan banjir.
  • Swasta dan Dunia Usaha: Dapat berkontribusi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk bantuan dana, tenaga ahli, atau teknologi.

Mekanisme Koordinasi dan Kerjasama

Koordinasi dan kerjasama antar lembaga dan stakeholder di Surabaya dilakukan melalui berbagai mekanisme, antara lain:

  • Rapat Koordinasi Terpadu: Pemkot Surabaya secara berkala menyelenggarakan rapat koordinasi yang melibatkan semua stakeholder untuk membahas perkembangan program, kendala yang dihadapi, dan solusi yang dibutuhkan.
  • Tim Kerja Gabungan: Dibentuk tim kerja gabungan yang terdiri dari perwakilan berbagai lembaga untuk menangani aspek-aspek spesifik dari program penanggulangan banjir, seperti pembangunan infrastruktur atau edukasi masyarakat.
  • Sistem Informasi Terintegrasi: Pemanfaatan teknologi informasi untuk berbagi data dan informasi secara real-time, sehingga memudahkan koordinasi dan pengambilan keputusan.
  • Perjanjian Kerja Sama (PKS): Dilakukan perjanjian kerja sama formal antara Pemkot Surabaya dengan lembaga atau stakeholder lainnya untuk mengatur tanggung jawab dan mekanisme kerjasama yang lebih rinci.

Manfaat Kerjasama Antar Lembaga dan Stakeholder

Kerjasama yang efektif menghasilkan berbagai manfaat, antara lain:

  • Efisiensi Sumber Daya: Penggunaan sumber daya (dana, tenaga ahli, teknologi) secara optimal dan menghindari duplikasi upaya.
  • Peningkatan Efektivitas Program: Pendekatan holistik dan terintegrasi menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan efektif dalam mengurangi risiko banjir.
  • Respon yang Lebih Cepat: Koordinasi yang baik memungkinkan respon yang cepat dan tepat terhadap kejadian banjir.
  • Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Sosialisasi dan edukasi yang terkoordinasi meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan banjir.
  • Solusi yang Berkelanjutan: Kerjasama antar lembaga memastikan keberlanjutan program penanggulangan banjir dalam jangka panjang.

Ilustrasi Kerjasama dalam Mempercepat Penanggulangan Banjir

Bayangkan skenario banjir besar di suatu wilayah Surabaya. Tanpa kerjasama, Pemkot Surabaya mungkin akan kesulitan dalam membersihkan saluran air yang tersumbat, sementara BBWS mungkin lambat dalam mengatur debit air sungai. BPBD akan kewalahan dalam melakukan evakuasi dan pendistribusian bantuan. Namun, dengan kerjasama yang baik, Pemkot Surabaya dapat segera menginformasikan situasi kepada BBWS untuk mengatur debit air, sementara BPBD dapat melakukan evakuasi secara terkoordinasi dengan bantuan dari relawan dan swasta.

PDAM dapat memastikan sistem drainase berfungsi optimal, dan masyarakat dapat membantu membersihkan saluran air di lingkungan masing-masing. Semua upaya ini, yang terkoordinasi dengan baik, akan mempercepat proses penanggulangan banjir dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat.

Pengelolaan Sampah dan Lingkungan

Pengelolaan sampah merupakan pilar penting dalam strategi penanggulangan banjir di Surabaya. Penanganan sampah yang efektif berperan krusial dalam menjaga kelancaran aliran air dan mencegah penyumbatan saluran drainase. Keberhasilan program ini berkontribusi signifikan terhadap penurunan angka banjir di kota tersebut.

Penumpukan sampah, terutama sampah organik dan non-organik yang tidak terkelola dengan baik, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap sistem drainase dan saluran air di Surabaya. Sampah menyumbat saluran, mengurangi kapasitas tampung air, dan memperlambat aliran air hujan menuju sungai atau laut. Hal ini meningkatkan risiko genangan dan banjir, khususnya saat musim hujan.

Jenis Sampah Penyebab Penyumbatan Saluran Air dan Dampaknya

Jenis Sampah Dampak Penyumbatan Solusi
Plastik Menyumbat saluran drainase, menyebabkan genangan air dan meluapnya air ke jalan raya. Menghalangi aliran air dan meningkatkan risiko banjir. Penggunaan kantong belanja ramah lingkungan, daur ulang plastik, dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Sampah Organik (daun, ranting, sisa makanan) Membusuk dan menyumbat saluran, menciptakan bau tidak sedap dan menjadi media berkembang biaknya nyamuk. Mengurangi kapasitas saluran air dan memperlambat aliran air. Pengomposan sampah organik, pemilahan sampah di sumber, dan penyediaan fasilitas pengolahan sampah organik di tingkat komunitas.
Sampah Anorganik (kaca, logam, styrofoam) Menyebabkan kerusakan pada saluran drainase, menghalangi aliran air, dan meningkatkan risiko kecelakaan. Pengurangan penggunaan sampah anorganik sekali pakai, daur ulang, dan pembuangan sampah pada tempat yang telah ditentukan.
Sedimen dan Lumpur Menumpuk di dasar saluran, mengurangi kapasitas tampung air dan memperlambat aliran air. Pengerukan saluran drainase secara berkala dan pembangunan infrastruktur drainase yang memadai.

Strategi Pengelolaan Sampah yang Efektif

Strategi pengelolaan sampah yang efektif harus terintegrasi dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah, pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai (seperti tempat sampah yang memadai, fasilitas pengolahan sampah, dan sistem pengangkutan sampah yang efisien), penerapan sistem pemilahan sampah di sumber, dan pendayagunaan kembali sampah melalui program daur ulang.

Kebijakan dan Program Pengelolaan Sampah Bu Risma

Selama kepemimpinannya, Bu Risma menerapkan berbagai kebijakan dan program terkait pengelolaan sampah dan lingkungan di Surabaya. Salah satu contohnya adalah program “Surabaya Rumah Kita”, yang menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Program ini mencakup berbagai inisiatif, seperti pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran kebersihan, kampanye edukasi lingkungan, dan peningkatan fasilitas pengolahan sampah. Selain itu, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur drainase juga menjadi fokus utama, termasuk pengerukan saluran secara berkala untuk mencegah penyumbatan.

Akhir Kata: Cara Bu Risma Menangulangi Banjir Di Surabaya

Kesimpulannya, keberhasilan penanggulangan banjir di Surabaya di masa kepemimpinan Bu Risma merupakan bukti nyata bahwa perencanaan yang matang, implementasi yang terstruktur, dan partisipasi aktif masyarakat sangat krusial. Kombinasi program normalisasi sungai, pembangunan infrastruktur, edukasi publik, dan kerjasama antar lembaga menjadi kunci keberhasilan. Model Surabaya ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *